Tuesday, April 9, 2013

Inilah shahabiyah Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam....



(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran)
Bak kemuliaan raja-raja di atas singgasana, mereka hendak muliakan kalimat Rabbnya. Di antara mereka, seorang wanita menyimpan sebuah asa. Bukanlah dunia yang dia inginkan, melainkan menggapai ketinggian di sisi Rabbnya.
Tak ubahnya seperti saudari kandungnya, Ummu Sulaim bintu Milhan, dia pun seorang wanita yang begitu mendambakan kemuliaan. Dia begitu dimuliakan oleh Rasulullah n dengan mengunjunginya, tidur siang di rumahnya1, dan mendoakannya agar meraih syahadah. Dia bernama Ummu Haram bintu Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundab bin ‘Amir bin Ghanam bin ‘Ady bin An-Najjar Al-Anshariyah x. Ibunya bernama Mulaikah bintu Malik bin ‘Ady bin Zaid Manat bin ‘Ady bin ‘Amr bin Malik bin An-Najjar.
Ummu Haramx disunting oleh ‘Amr bin Qais bin Zaid bin Yakhlu bin Malik bin Ghanam bin Malik bin An-Najjar a. Dari pernikahan ini, lahirlah dua orang putra, Qais dan Abdullah namanya.
Ketika seruan Islam merebak, Ummu Haram x bersama suaminya turut menyambutnya. Ummu Haram pun ber-Islam dan berbai’at kepada Rasulullah n. Namun, perjalanan kehidupan mereka berdua tak berlangsung lama. Ketika meletus pertempuran Uhud, ‘Amr bin Qais z meninggal di medan peperangan.
Sepeninggal suaminya, Ummu Haram dipersunting oleh ‘Ubadah bin Ash-Shamit bin Ashram bin Fihr bin Tsa’labah bin Ghanam bin ‘Auf bin ‘Amr bin ‘Auf bin Al-Khazraj. Allah I anugerahkan seorang anak bernama Muhammad kepada mereka berdua.
Suatu saat, Rasulullah n tidur siang di rumah Ummu Haram. Tiba-tiba beliau terbangun sembari tertawa. Ummu Haram pun bertanya keheranan, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa?” Beliau menjawab, “Nanti akan ada orang-orang di kalangan umatku yang mengarungi lautan bagaikan raja-raja di atas singgasana.” Ummu Haram pun meminta, “Wahai Rasulullah, mohonlah kepada Allah agar Dia jadikan aku di antara mereka.” “Engkau termasuk mereka,” jawab Rasulullah n. Kemudian beliau pun kembali tidur. Untuk kedua kalinya beliau terbangun sambil tertawa. Untuk kedua kalinya pula Ummu Haram bertanya heran, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa?” Beliau menjawab, “Nanti akan ada orang-orang di kalangan umatku yang mengarungi lautan bagaikan raja-raja di atas singgasana.” Ummu Haram meminta lagi, ”Wahai Rasulullah, mohonlah kepada Allah agar Dia jadikan aku di antara mereka.” “Engkau termasuk kalangan yang pertama,” tegas Rasululullah n.
Inilah doa Rasulullah n bagi Ummu Haram untuk mendapatkan kemuliaan sebagai syahidah. Hingga setelah lama berselang, tahun ke-27 H, Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan z mengutus pasukan yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan c ke negeri Qubrus2.
Ummu Haram x turut bersama suaminya, ‘Ubadah bin Ash-Shamit z dalam pasukan itu.
Bahtera membawa pasukan kaum muslimin mengarungi lautan hingga ke negeri seberang. Ketika turun dari bahtera itu, didekatkan seekor baghal3 untuk dikendarai oleh Ummu Haram. Namun rupanya, Allah I berkehendak memuliakan Ummu Haram. Saat itu, Ummu Haram tersungkur dari baghal itu hingga patah tulang lehernya, yang akhirnya mengantar Ummu Haram pada ajalnya.
Di negeri seberang, Ummu Haram x menggapai cita-citanya, sebagai seorang syahidah. Dia dikuburkan di negeri Qubrus. Orang-orang yang melihat kuburnya senantiasa berkata, “Ini adalah kubur seorang wanita shalihah.” Ummu Haram bintu Milhan, semoga Allah I meridhainya….
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Sumber bacaan
q Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (8/189)
q Al-Isti’ab, Al-Imam Ibnu Abdil Barr (4/1931)
q Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’ad (8/434-435)
q Siyar A’lamin Nubala`, Al-Imam Adz-Dzahabi (2/316-317, 28/170)
q Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (3/338-342)

1 Ummu Haram dan Ummu Sulaim c adalah khalah (bibi dari pihak ibu) Rasulullah n, bisa jadi dari sisi nasab ataupun dari sisi penyusuan, sehingga dibolehkan berkhalwat dengan keduanya. Dan khusus pada mereka berdua beliau n biasa masuk menemui mereka, sementara beliau tidak pernah menemui seorang wanita pun kecuali bersama suami si wanita. (Syarh Shahih Muslim 16/10)
2 Sekarang dikenal dengan nama Cyprus

http://asysyariah.com/ummu-haram-bintu-milhan.html

Barakallaahu fiikum...

No comments :

Post a Comment